Rabu, 26 Juni 2013

PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS KURS



Pengertian Kurs
            Kurs adalah jumlah satuan atau unit dari mata uang tertentu yang diperlukan untuk memperoleh atau membeli satu unit atau satuan jenis mata uang lainnya.
Menurut Samuelson (1995:668) definisi kurs adalah :
“The price of one unit foreign is currency in term of domestic currency is determined, and the price is called the foreign exchange rates.”
Sedangkan menurut Sawaldjo Puspopranoto (2004:212) definisi kurs adalah:
“Harga dimana mata uang suatu negara dipertukarkan dengan mata uang negara lain disebut nilai tukar (kurs).”
Dari definisi-definisi tersebut diatas dapatlah disimpulkan secara singkat bahwa kurs adalah  nilai suatu mata uang dibandingkan degan mata uang lainnya. Misalnya nilai mata uang rupiah terhadap Dollar AS.
Pemerintah Indonesia biasanya berperan dalm penentuan kurs agar sampai pada tingkat yang kondusif bagi dunia usaha. Kurs khususnya kurs rupiah per Dollar sangat berkaitan erat dan mempengaruhi arus barang dan jasa serta modal dari dalam dan keluar Indonesia.

Penentuan Nilai Tukar atau Kurs
Pasar valas merupakan sebuah contoh baik dari pasar yang sangat kompetitif. Di pasar ini ada banyak pembeli dan penjual dari suatu produk yang homogen. Setiap pembeli dan penjual relative kecil dibanding seluruh pasar, sehingga tidak ada seorang pembeli atau penjual pun yang dapat mempengaruhi nilai tukar secara berarti. Pada sistem nilai tukar mengambang bebas, pemerintah tidak melakukan intervensi di pasar valas dan membiarkan nilai tukar dikendalikan sepenuhnya oleh kekuatan-kekuatan di pasar bebas. Pada sistem nilai tukar mengambang terkendali, pemerintah kadang kala melakukan intervensi sebagai upaya untuk mencegah pergerakan nilai tukar yang dipandang ekstrim atau bertentangan dengan kepentingan nasional
Sebagai contoh Bank Indonesia berkali-kali melakukan intervensi dipasar valas untuk mendukung nilai rupiah terhadap Dollar AS dengan jalan menambah pasokan valas di pasar. Bahkan pemerintah melalui BUMN pada triwulan satu 2001 ikut serta memperkuat upaya yang dilakukan pihak Bank Indonesia. Hasil yang diperoleh dari intervensi tersebut sangat terbatas, yaitu hanya menahan nilai rupiah untuk sementara waktu dan tak mampu menolong rupiah dari keterpurukan. Namun perlu disadari, bahwa dewasa ini walaupun pemerintah ikut melakukan intervensi, volume dari kegiatan tersebut relative kecil sekali terhadap jumlah total kegiatan pihak swasta di pasar valas. Hal ini juga merupakan fenomena global. (Sawaldjo Puspopranoto, 2004:219)
Menurut Salvatore penentuan nilai tukar atau kurs yang diterjemahkan oleh Drs.Haris Munandar, ada dua pendekatan yang digunakan dalam penentuan nilai tukar mata uang asing  yaitu :
  1. Pendekatan Tradisional
Pendekatan berdasarkan pada arus perdagangan dan paritas daya beli yang kedudukannya sangat penting untuk menjelaskan pergerakan kurs jangka panjang.
  1. Pendekatan Keuangan
Pendekatan yang memusatkan perhatiannya pada pasar modal dan arus permodalan internasional dan berusaha menjelaskan gejolak kurs jangka pendek yang kecenderungannya mengalami lonjakan-lonjakan tak terduga.


Jenis – Jenis Kurs
Terdapat beberapa jenis kurs atau nilai tukar, yaitu :
1. Kurs Beli (Bid Price) adalah besar satuan mata uang negara lain yang harus  diserahkan untuk membeli tiap unit uang asing kepada Bank atau money changer.
2. Kurs Jual (selling price) adalah besaran satuan mata uang negara lain yang akan diterima dari bank atau money changer jika kita membeli mata uang asing.
3. Kurs Spot adalah nilai valuta asing yang digunakan untuk transaksi spot dipasar valuta asing.
4. Kurs Forward, adalah nilai tukar yang berlaku dan digunakan untuk transaksi forwad dipasar valas.
5. Kurs Silang adalah nilai antara dua valas yang diperoleh dari nilai tukar masing-masing valuta terhadap valuta lain. 
6. Kurs Opsi adalah kurs yang ditetapkan dimuka sesuai dengan pendapat Shapiro (1996:116) Yaitu, “ Call option give the customer the right to purchase , but option give the right to sell the contracted currencies at the expected date”

Rabu, 05 Juni 2013

TUGAS INDIVIDU : UKM BASKET GUNADARMA


Inilah lapbas UKM Basket Gunadarma latihan tiap minggunya. Latihan dilakukan setiap hari Senin & Jumat jam 18.00 WIB. Saya mulai bergabung dengan UKM Basket Gundar awal tahun 2013, sangat disayangkan sih tingkat akhir baru masuk UKM (hahahahaaa -_-'). Berhubung lapangan baru disediakan oleh kampus, jadi saya baru gabung masuk UKM Basket Gundar karena sebelumnya latihan di GOR Ragunan.

Saya sangat menikmati latihan bersama anak-anak UKM Basket Gundar putra maupun putri. Selain kemampuan bermain yang bagus, meraka juga humoris. Dalam sebuah tim, kekompakan adalah kunci utama untuk menjadi sebuah tim yang kuat. Dan inilah yang sedang kami usahakan dengan membangun kepercayaan satu dengan yang lain dan tetap kompak. 

Dari segi prestasi, tim Basket Putra dan Putri UG pernah menorehkan prestasi yang membanggakan dalam Liga Basket Mahasiswa (LIBAMA) DKI pada tahun 2007 lalu. Tim Putra berhasil naik peringkat dari peringkat terbawah di divisi Utama, naik menjadi peringkat ke-4, sementara Tim Putri berhasil mendapat promosi dari Divisi I ke Divisi Utama. Dan pada tahun 2012 kemarin, Tim Putera dan Puteri Basket Gundarma berhasil naik ke divisi utama setelah kedunya berhasil menempati posisi ke 2 dalam Liga Basket Mahasiswa (LIBAMA) DKI.

Bagi mahasiswa/i Gunadarma yang hobby main basket, ga usah pake mikir lagi langsung aja join dan datang ke Kampus H pada jadwal latihan ;)
Kalau mau join twitter boleh..silahkan follow twitter UKM Basket Gunadarma @BASKETGUNADARMA.




PENGERTIAN DAN DAMPAK INFLASI OVERSTATEMENT

Seiring berjalannya waktu perkembangan ekonomi dalam suatu negara tentu mengalami banyak perubahan baik dari sisi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi di sector sector riil. Pasang surutnya ekonomi suatu negara tentu saja disebabkan oleh banyak faktor. Faktor faktor tersebut bisa saja berasal dari internal negara tersebut maupun eksternal. Dalam setiap negara tentu saja mempunyai inflasi dalam ekonominya. Dampak inflasi bagi perekonomian suatu negara bisa saja berakibat buruk namun tidak juga berarti semata-mata inflasi itu buruk karena dengan inflasi yang terkendali dan berada dibawah pengawasan bisa saja inflasi ini berbalik dan malah menjadi pendorong majunya roda perekonomian negara tersebut, serta dapat meningkatkan produksi dalam negeri dan menciptakan kesempatan kerja yang besar serta menekan laju kemiskinan dalam suatu negara.




PENGERTIAN INFLASI
Dalam ilmu ekonomiinflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
        Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.

PENYEBAB INFLASI
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.


§  Inflasi yang Disebabkan oleh Tarikan Permintaan
Inflasi tarikan permintaan (Inggdemand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
§  Inflasi yang Disebabkan oleh Desakan Biaya
Inflasi desakan biaya (Inggcost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.

Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal, yaitu : 1) kenaikan harga, misalnya bahan baku, dan 2) kenaikan upah/gaji, misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang.


Faktor–faktor yang mempengaruhi Inflasi
        Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998:587), ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi:
1.       Demand Pull Inflation
Timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan pennintaan agregat.
2.       Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation
Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang efektif.

Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation tetapi juga dipengaruhi oleh :
a)      Domestic Inflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga barang secara umum di dalam negeri.
b)     Imported Inflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang.

PENGGOLONGAN INFLASI
        Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.

        Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi). Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan :
1.       Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun)
2.       Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)
3.       Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)
4.       Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun)

MENGUKUR INFLASI
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya :
  • Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
  • Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
  • Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
  • Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu.
  • Indeks harga barang-barang modal.
  • Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.


DAMPAK INFLASI
Terdapat beberapa dampak baik itu yang negatif maupun yang positif dari inflasi, adalah sebagai berikut :
1.        Bila harga barang secara umum naik terus menerus, maka masyarakat akan panik, sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang berlebihan uang memborong barang, sementara yang kekurangan uang tidak bisa membeli barang, akibatnya negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya.
2.       Sebagai akibat dari kepanikan tersebut, maka masyarakat cenderung menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di rush, akibatnya bank kekurangan dana dan berdampak pada bangkrutnya bank tersebut, atau rendahnya dana investasi yang tersedia.
3.       Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran, sehingga harga akan terus menerus naik.
4.       Distribusi barang relatif tidak adail karena adanya penumpukan dan konsentrasi produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi dan yang masyarakatnya memiliki banyak uang.
5.       Bila inflasi berkepanjangan, maka produsen banyak yang bangkrut karena produknya relatif akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.
6.       Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang mengarah pada sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada penjarahan dan perampasan.


7.       Dampak positif dari inflasi adalah bagi pengusaha barang-barang mewah yang mana barangnya lebih laku pada saatnya harganya semakin tinggi.
8.       Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan diusahaka seefisien mungkin dan konsumtifisme dapat ditekan.
9.       Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri menjadi semakin dipercaya dan tangguh.
10.       Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.
             
        CARA MENEKAN LAJU INFLASI

1.       Kebijakan Moneter
                 Kebijakan moneter dapat dilakukan melalui instrument-instrumen berikut :
      Politik diskoto (Politik uang ketat): bank menaikkan suku bunga sehingga jumlah uang yang beredar dapat dikurangi.
      Politik pasar terbuka: bank sentral menjual obligasi atau surat berharga ke pasar modal untuk menyerap uang dari masyarakat dan dengan menjual surat berharga bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga jumlah uang beredar dapat dikurangi dan laju inflasi dapat lebih rendah
      Peningkatan cash ratio: Menaikkan cadangan uang kas yang ada di bank sehingga jumlah uang bank yang dapat dipinjamkan kepada debitur/masyarakat menjadi berkurang. Hal ini berarti dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.



2.       Kebijakan Fiskal
        Kebijakan fiskal dapat dilakukan melalui instrument berikut :
·      Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Pemerintah tidak menambah pengeluarannya agar anggaran tidak defisit.
·      Menaikkan pajak. Dengan menaikkan pajak, konsumen akan mengurangi jumlah konsumsinya karena sebagian pendapatannya untuk membayar pajak.

3.       Kebijakan Non Moneter
        Kebijakan non moneter dapat dilakukan melalui instrument berikut :
      Mendorong agar pengusaha menaikkan hasil produksinya.
      Menekan tingkat upah.
      Pemerintah melakukan pengawasan harga dan sekaligus menetapkan harga maksimal.
      Pemerintah melakukan distribusi secara langsung.
      Penanggulangan inflasi yang sangat parah (hyper inflation) ditempuh dengan cara melakukan sneering (pemotongan nilai mata uang). Senering ini pernah dilakukan oleh pemerintah pada tahun 1960-an pada saat inflasi mencapai 650%. Pemerintah memotong nilai mata uang pecahan Rp. 1.000,00 menjadi Rp. 1,00.
      Kebijakan yang berkaitan dengan output. Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijakan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga.
      Kebijakan penentuan harga dan indexing. Ini dilakukan dengan penentuan ceiling price.

4.       Kebijakan Sektor Riil
        Kebijakan sektor riil dapat dilakukan melalui instrument berikut:
      Pemerintah menstimulus bank untuk memberikan kredit lebih spesifik kepada UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah). Contohnya bank BRI mencanangkan tahun ini sebagai Microyear.
      Menekan arus barang impor dengan cara menaikkan pajak.
      Menstimulus masyarakat untuk menggunakan produk dalam negeri.


Sumber :