Seiring berjalannya waktu
perkembangan ekonomi dalam suatu negara tentu mengalami banyak perubahan baik
dari sisi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi di sector sector riil.
Pasang surutnya ekonomi suatu negara tentu saja disebabkan oleh banyak faktor.
Faktor faktor tersebut bisa saja berasal dari internal negara tersebut maupun
eksternal. Dalam setiap negara tentu saja mempunyai inflasi dalam ekonominya.
Dampak inflasi bagi perekonomian suatu negara bisa saja berakibat buruk namun
tidak juga berarti semata-mata inflasi itu buruk karena dengan inflasi yang
terkendali dan berada dibawah pengawasan bisa saja inflasi ini berbalik dan
malah menjadi pendorong majunya roda perekonomian negara tersebut, serta dapat
meningkatkan produksi dalam negeri dan menciptakan kesempatan kerja yang besar
serta menekan laju kemiskinan dalam suatu negara.
PENGERTIAN INFLASI
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan
dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain,
konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu
konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang. Dengan
kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari
suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga
yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator
untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan
harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga
digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang
kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk
mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu
inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila
kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30%
setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak
terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.
PENYEBAB INFLASI
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan
permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan
(tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi). Untuk
sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank
Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam
kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal
(perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan
infrastruktur, regulasi, dll.
§
Inflasi yang
Disebabkan oleh Tarikan Permintaan
Inflasi tarikan permintaan (Ingg: demand pull inflation) terjadi akibat adanya
permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya
likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu
perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas
yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan
bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan
terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi
karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang
bersangkutan dalam situasi full employment dimanana biasanya lebih
disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan.
Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang
utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang,
kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di
sektor industri keuangan.
§
Inflasi yang
Disebabkan oleh Desakan Biaya
Inflasi desakan biaya (Ingg: cost push inflation) terjadi akibat adanya
kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau
permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan.
Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang
tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai
dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya
posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau
skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat
berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik,
perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan
produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan
produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat
terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan
peranan yang sangat penting.
Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal,
yaitu : 1) kenaikan harga, misalnya bahan baku, dan 2) kenaikan upah/gaji,
misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan
harga barang-barang.
Faktor–faktor yang mempengaruhi Inflasi
Menurut
Samuelson dan Nordhaus (1998:587), ada beberapa faktor yang menyebabkan
timbulnya inflasi:
1.
Demand Pull Inflation
Timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat
dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik harga ke atas untuk
menyeimbangkan penawaran dan pennintaan agregat.
2.
Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation
Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama
periode pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang efektif.
Sedangkan faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh Demand Pull Inflation dan Cost
Push Inflation tetapi juga dipengaruhi oleh :
a)
Domestic Inflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh
kenaikan harga barang secara umum di dalam negeri.
b)
Imported Inflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh
kenaikan harga-harga barang.
PENGGOLONGAN INFLASI
Berdasarkan
asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari
dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari
dalam negeri misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang
dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang
berakibat harga bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar
negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor.
Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau
adanya kenaikan tarif impor barang.
Inflasi
juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika
kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang
tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada
semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation). Sedangkan
apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga
terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama
disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi). Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat
dibedakan :
1.
Inflasi ringan (kurang
dari 10% / tahun)
2.
Inflasi sedang (antara
10% sampai 30% / tahun)
3.
Inflasi berat (antara
30% sampai 100% / tahun)
4.
Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun)
MENGUKUR INFLASI
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase
perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya :
- Indeks harga konsumen (IHK)
atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur
harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
- Indeks biaya
hidup atau cost-of-living index (COLI).
- Indeks harga produsen adalah
indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan
produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan
tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya
produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
- Indeks
harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari
komoditas-komoditas tertentu.
- Indeks harga barang-barang modal.
- Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari
semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.
DAMPAK
INFLASI
Terdapat
beberapa dampak baik itu yang negatif maupun yang positif dari inflasi, adalah
sebagai berikut :
1. Bila harga barang secara umum naik terus
menerus, maka masyarakat akan panik, sehingga perekonomian tidak berjalan
normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang berlebihan uang memborong
barang, sementara yang kekurangan uang tidak bisa membeli barang, akibatnya
negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya.
2. Sebagai
akibat dari kepanikan tersebut, maka masyarakat cenderung menarik tabungan guna
membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di rush, akibatnya
bank kekurangan dana dan berdampak pada bangkrutnya bank tersebut, atau
rendahnya dana investasi yang tersedia.
3. Produsen
cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk memperbesar keuntungan
dengan cara mempermainkan harga di pasaran, sehingga harga akan terus menerus
naik.
4. Distribusi
barang relatif tidak adail karena adanya penumpukan dan konsentrasi produk pada
daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi dan yang masyarakatnya
memiliki banyak uang.
5. Bila
inflasi berkepanjangan, maka produsen banyak yang bangkrut karena produknya
relatif akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.
6. Jurang
antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang mengarah pada
sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada penjarahan dan
perampasan.
7. Dampak
positif dari inflasi adalah bagi pengusaha barang-barang mewah yang mana
barangnya lebih laku pada saatnya harganya semakin tinggi.
8. Masyarakat
akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan diusahaka seefisien
mungkin dan konsumtifisme dapat ditekan.
9. Inflasi
yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri menjadi
semakin dipercaya dan tangguh.
10. Tingkat
pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan tergerak untuk
melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.
CARA MENEKAN LAJU INFLASI
1.
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter dapat dilakukan
melalui instrument-instrumen berikut :
•
Politik diskoto (Politik uang ketat): bank menaikkan suku bunga sehingga
jumlah uang yang beredar dapat dikurangi.
•
Politik pasar terbuka: bank sentral menjual obligasi atau surat berharga
ke pasar modal untuk menyerap uang dari masyarakat dan dengan menjual surat
berharga bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga
jumlah uang beredar dapat dikurangi dan laju inflasi dapat lebih rendah
• Peningkatan cash ratio:
Menaikkan cadangan uang kas yang ada di bank sehingga jumlah uang bank yang
dapat dipinjamkan kepada debitur/masyarakat menjadi berkurang. Hal ini berarti
dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.
2.
Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal dapat dilakukan melalui
instrument berikut :
·
Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Pemerintah tidak menambah
pengeluarannya agar anggaran tidak defisit.
·
Menaikkan pajak. Dengan menaikkan pajak, konsumen akan mengurangi jumlah
konsumsinya karena sebagian pendapatannya untuk membayar pajak.
3.
Kebijakan Non Moneter
Kebijakan non moneter dapat dilakukan
melalui instrument berikut :
•
Mendorong agar pengusaha menaikkan hasil produksinya.
•
Menekan tingkat upah.
•
Pemerintah melakukan pengawasan harga dan sekaligus menetapkan harga
maksimal.
•
Pemerintah melakukan distribusi secara langsung.
•
Penanggulangan inflasi yang sangat parah (hyper inflation) ditempuh dengan
cara melakukan sneering (pemotongan nilai mata uang). Senering ini pernah
dilakukan oleh pemerintah pada tahun 1960-an pada saat inflasi mencapai 650%.
Pemerintah memotong nilai mata uang pecahan Rp. 1.000,00 menjadi Rp. 1,00.
•
Kebijakan yang berkaitan dengan output. Kenaikan output dapat memperkecil
laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan
kebijakan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat.
Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga.
• Kebijakan penentuan harga
dan indexing. Ini dilakukan dengan penentuan ceiling price.
4.
Kebijakan Sektor Riil
Kebijakan sektor riil dapat dilakukan
melalui instrument berikut:
• Pemerintah menstimulus bank
untuk memberikan kredit lebih spesifik kepada UMKM (Usaha Mikro Kecil
Menengah). Contohnya bank BRI mencanangkan tahun ini sebagai Microyear.
•
Menekan arus barang impor dengan cara menaikkan pajak.
• Menstimulus masyarakat untuk
menggunakan produk dalam negeri.
Sumber :