Angket (Questionnaire)
Angket (Questionnaire) adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons sesuai dengan permintaan penggunaan. Tujuan penyebaran angket iaalah untuk mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban.
Angket dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
1) Angket Terbuka
Angket terbuka (angket tidak terstruktur) ialah angket yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberian isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya.
2) Angket Tertutup
Angket tertutup (angket berstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bemtuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya.
Alat ini memuat sejumlah item atau pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa secara tertulis juga. Dengan mengisi angket ini siswa memberikan keterangan tentang sejumlah hal yang relevan bagi keperluan bimbingan, seperti keterangan tentang keluarga, kesehatan jasmani, riwayat pendidikan, pengalaman belajar sekolah dan dirumah, pergaulan social, rencana pendidikan lanjutan, kegiatan diluar sekolah, hobi dan mungkin kesukaran yang mungkin dihadapi.
Keunggulan :
Dalam waktu singkat diperoleh banyak keterangan. Pengisiannya dapat dilakukan dikelas, siswa dapat menjawab sesuai dengan keadaannya tanpa dipengaruhi oleh orang lain.
Kelemahan :
- Siswa tidak dapat memberikan keterangan lebih lanjut karena jawaban terbatas pada hal - hal yang ditanyakan.
- Siswa dapat menjawab tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya jika dia menghendaki demikian.
- Jawaban hanya mengungkap keadaan siswa pada saat angket diisi.
Wawancara/Interview
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Jadi dengan wawancara, maka peneliti mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.
Interview merupakan hatinya penelitian sosial. Bila Anda lihat dalam ilmu sosial, maka akan Anda temui semua karena itu pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan di mana harus melakukan wawancara.
Oleh karena itu peneliti jangan memberi pertanyaan yang biasa.
1. Macam-macam interview/wawancara
Esterberg dalam Sugiyono (2006) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu:
a) wawancara terstruktur
b) wawancara semiterstruktur
c) wawancara takberstruktur
2. langkah-langkah wawancara
Lincoln dan Guba dalam Sanapiah Faisal dalam Sugiyono (2006), mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
a) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
b) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan
c) Mengawali atau membuka alur wawancara
d) Melangsungkan alur wawancara
e) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
f) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
g) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh
3. Jenis-jenis pertanyaan dalam wawancara
Patton dan Molleong dalam Sugiyono (2006) menggolongkan enam jenis pertanyaan yang saling berkaitan, yaitu:
a) Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman
b) Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat
c) Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan
d) Pertanyaan tentang pengetahuan
e) Pertanyaan yang berkenaan dengan indera
f) Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi
Selanjutnya Guba dan Lincoln dalam Molleong dalam Sugiyono (2006) mengkalsifikasikan jenis-jenis pertanyaan untuk wawancara sebagai berikut:
a) Pertanyaan hipotesis
b) Pertanyaan yang mempersoalkan sesuatu yang ideal dan informan diminta untuk memberikan respon
c) Pertanyaan yang menantang informan untuk memberikan hipotesis alternatif
d) Pertanyaan interpretatif
e) Pertanyaan yang memberikan saran
f) Pertanyaan untuk mendapatkan suatu alasan
g) Pertanyaan untuk mendapatkan suatu argumentasi
h) Pertanyaan untuk mendapatkan suatu alasan
i) Pertanyaan untuk mengungkap sumber
j) Pertanyaan yang mengungkapkan kepercayaan terhadap sesuatu
k) Pertanyaan yang mengarahkan
Spradley dalam Sugiyono (2006) menggolongkan jenis-jenis pertanyaan menjadi tiga, yaitu: pertanyaan deskriptif, pertanyaan struktural, dan pertanyaan kontras.
4. Alat-alat wawancara
Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, diperlukan alat-alat sebagai berikut:
a) buku catatan
b) tape recorder
c) camera
5. Mencatat hasil wawancara
Hasil wawancara segera harus dicatat setelah selesai melakukan wawancara agar tidak lupa atau bahkan hilang.
Observasi
1. Macam-macam Observasi
Nasution dalam Sugiyono (2006) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.
Sanapiah Faisal dalam Sugiyono (2006) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructed observation). Selanjutnya Spradley, dalam Susan Stainback (1988) membagi observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu pasive participation, moderate participation, active participation, dan complete participation.
a) Observasi partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
Observasi ini dapat digolongkan menjadi empat, yaitu partisipasi pasif, partisipasi moderat, observasi yang terus terang dan tersamar, dan observasi yang lengkap.
Partisipasi pasif : peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
Partisipasi moderat : terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar.
Partisipasi aktif : peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.
Partisipasi lengkap : peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data.
b) Observasi terus terang atau tersamar
Peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.
c) Observasi tak terstruktur
Observasi tidak terstuktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Peneliti akan melakukan penelitian pada suku terasing yang belum dikenalnya, maka peneliti akan melakukan observasi tidak terstruktur.
2. Manfaat Observasi
Menurut Patton dalam Nasution yang dikutip Sugiyono (2006), dinyatakan bahwa manfaat observasi adalah sebagai berikut.
a) Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial. Jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.
b) Dengan observasi maka akan diperoleh pangalaman langsung sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengarugi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.
c) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa’ dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.
d) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan diungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.
e) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.
f) Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana/ situasi sosial yang teliti.
3. Obyek Observasi
Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut spradley dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen yaitu place (tempat), actor (pelaku), activities (aktivitas).
Place, atau tempat di mana interkasi dalam situasi sosial sedang berlangsung
Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu
Avtiviti, atau kegiatan yan dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung.
4. Tahapan Observasi
Menurut Spradley dalam Sugiyono (2006) tahapan observasi ada tiga yaitu :
a) Observasi deskriptif
Observasi deskriptif dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi sosial tertentu sebagai obyek penelitian. Penelitian menghasilkan kesimpulan pertama. Peneliti melakukan analisis domain, sehingga mampu mendeskripsikan terhadap semua yang ditemui.
b) Observasi terfokus
Peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus, peneliti selanjutnya menghasilkan kesimpulan-kesimpulan.
c) Observasi terseleksi
Peneliti telah menemukan karakteristik kontras-kontras atau perbedaan dan kesamaan antarkategori, serta menemukan hubungan antara satu kategori dengan kategori yang lain.
Studi Literature/Kajian Pustaka
Bahan pustaka merupakan teknik pengumpulan data melalui teks-teks tertulis maupun soft-copy edition, seperti buku, ebook, artikel-artikel dalam majalah, surat kabar, buletin, jurnal, laporan atau arsip organisasi, makalah, publikasi pemerintah, dan lain-lain. Bahan pustaka yang berupa soft-copy edition biasanya diperoleh dari sumber-sumber internet yang dapat diakses secara online. Pengumpulan data melalui bahan pustaka menjadi bagian yang penting dalam penelitian ketika peneliti memutuskan untuk melakukan kajian pustaka dalam menjawab rumusan masalahnya. Pendekatan studi pustaka sangat umum dilakukan dalam penelitian karena peneliti tak perlu mencari data dengan terjun langsung ke lapangan tapi cukup mengumpulkan dan menganalisis data yang tersedia dalam pustaka. Selain itu, pengumpulan data melalui studi pustaka merupakan wujud bahwa telah banyak laporan penelitian yang dituliskan dalam bentuk buku, jurnal, publikasi dan lain-lain. Sehingga hasil laporan penelitian itu akan menjadi data lebih lanjut yang dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut pula. Hal itu terjadi karena sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Dengan demikian, studi pustaka sangat tergantung pada penulisan hasil laporan atau fenomena yang ada dalam masyarakat diungkapkan melalui teks tertulis. Semakin banyak laporan penelitian maupun ‘printed phenomenons’ maka semakin kaya pula data yang tersedia dalam studi pustaka. Dengan begitu, penelitian akan mudah dilakukan dalam rentang waktu yang singkat karena data yang diperlukan mudah didapat peneliti. Hal penting dalam teknik ini adalah peneliti harus mencantumkan sumber yang ia dapat dalam bentuk sistem referensi yang terstandardisasi. Sehingga, darimana data itu diperoleh akan jelas dan mudah untuk croscheck
ulang.
Sumber :